Oleh : Santri Salaf
2/3 Ramadhan bakal berlalu, maka tinggallah 1/3 yang terakhir, iaitu 10 hari terakhir. 1/3 inilah yang merupakan puncaknya Ramadhan Karena dicelah-celahnya terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari 1,000 bulan. Bagi mereka yang kental imannya, inilah masa mereka untuk berjuang mati-matian dalam menghamba kepada alloh SWT …. Kalau di Makkah, Madinah, Tarim dan, negara ‘Arab lainnya, 10 terakhir inilah masjid-masjid sesak dengan para jemaah beribadat, beri’tikaf Ini sangat berbeda jauh dengan tempat kita di Indonesia Ini, masjidnya penuh di awal Ramadhan saja, manakala diakhirnya yang ramai justru stasiun,terminal,jalan raya DLL karena mereka disibukkan dengan mudik lebaran. Di kota-kota mulai rame dengan bazar-bazar Ramadhan, pengunjung hiburan malam pun membludak ……. Coba kita ubah tradisi semacam ini, mulai dari diri kita sendiri.
Mungkin kita lupakan tentang hakikat hari raya dan persiapan untuknya dengan memperbanyak amal sholeh Karena menurut sebagian orang-orang sholeh, hakikat hariraya itu adalah orang yang bertambah keta’atannya dan diampuni dosa-dosanya.
لَيْسَ العِيْدُ لِمَنْ لبِسَ الجَدِيْد وإنّمَا العِيْدُ لِمَن طاعاتُهُ تَزِيْد،
وَلَيْسَ العِيْدُ لِمن تَجمَّل بِاللِّبَاس والرُّكُوْب إنَّمَا العِيْدُ لِمَن غَفَرت لهُ الذُّنُوب
Bukanlah hariraya itu bagi orang orang yang memakai baju baru, tetapi hari raya itu adalah bagi orang yang keta’atannya bertambah. Dan bukanlah haria raya itu bagi orang yang berhias dengan pakaian dan kendaraanya, tetapi hari raya itu adalah bagi orang yang telah diampuni dosa-dosanya (oleh Allah Ta’ala).
Nah, hanya tinggal 10 hari untuk merebut ganjaran Ramadhan, bahkan di 10 yang terakhir inilah yang terlebih utamanya. Coba kita penuhkan masjid-masjid kita! Coba beri'tikaf! Coba berqiyam!
Firman Allah Ta’ala:
Artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Quran) ini pada Malam Lailatul-Qadar, Dan apa jalannya engkau dapat mengetahui apa dia kebesaran Malam Lailatul-Qadar itu? Malam Lailatul-Qadar lebih baik dari seribu bulan. Pada Malam itu, turun malaikat dan Jibril dengan izin Tuhan mereka, Karena membawa segala perkara (yang ditakdirkan berlakunya pada tahun yang berikut); Sejahteralah Malam (yang berkat) itu hingga terbit fajar! (Surah al-Qadar: 1 – 5)
Malam tersebut adalah malam yang penuh dengan keberkatan, sebagaimana firmanNya:
إِنَّآ أَنزَلْنَـٰهُ فِى لَيْلَةٍ مُّبَـٰرَكَةٍ
Artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Quran itu pada malam yang berkat. (Surah ad-Dukhan: 3)
Maka barangsiapa yang beribadat dan menghayati malam yang penuh berkat ini niscaya dia memperoleh ampunan dari Allah Ta’ala. Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ : مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ، وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: Dari Sayyidina Abu Hurairah رضي الله عنه dari Nabi صلى الله عليه وآله وسلم, Baginda صلى الله عليه وآله وسلم telah bersabda: Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan keikhlasan, diampunkan baginya dosa-dosanya yang telah lalu dan barangsiapa yang mendirikan akan lailatul qadar (dengan amal ibadah) dengan penuh keimanan dan keikhlasan diampunkan baginya dosa-dosanya yang telah lalu. (Hadits riwayat Ahmad, al-Bukhari dan lain-lain)
Di sepuluh malam terakhir dari Ramadhan, Junjungan kita Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم lebih bersungguh-sungguh dalam beribadat.
قَالَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ، مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ .
Artinya: Telah berkata Sayyidatuna ‘Aisyah رضي الله عنها: Adalah Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم bersungguh-sungguh memperbanyakkan ‘amal ibadat pada 10 malam yang terakhir (dari bulan Ramadhan) berbanding dengan masa yang lain (Hadits riwayat Ahmad, Muslim, Ibnu Majah dan lain-lain)
Baginda صلى الله عليه وآله وسلم juga menyeru, menyuruh umatnya agar lebih bersungguh-sungguh di 10 terakhir Ramadhan ini sebagaimana sabda Baginda صلى الله عليه وآله وسلم:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ : تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
Artinya: Dari Sayyidatina ‘Aisyah رضي الله عنها bahwalah Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم telah bersabda: Bersedialah dengan bersungguh-sungguh untuk menemui lailatul Qadar pada malam-malam yang ganjil dari 10 malam terakhir dari bulan Ramadhan. (Hadits riwayat Ahmad, al-Bukhari, Muslim,Abu Daud dan lain-lain)
عن عبادة بن الصامت: أنه سأل رسول الله صلى الله عليه وسلم عن ليلة القدر، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: في رمضان، التمسوها في العشر الأواخر؛ فإنها في وتر إحدى وعشرين، أو ثلاث وعشرين، أو خمس وعشرين أو سبع وعشرين، أو تسع وعشرين، أو في آخر ليلة
Artinya: Dari Sayyidina Ubadah bin ash-Shomit رضي الله عنه bahwasanya beliau telah bertanya kepada Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم mengenai Lailatul Qadar. Maka Baginda صلى الله عليه وآله وسلم menjawab: Ianya di dalam bulan Ramadhan, pada 10 yang terakhir, dan bahwasanya ia terjadi pada malam yang ganjil samada malam 21, 23, 25, 27 dan 29 atau pada malam terakhir Ramadhan. (Hadits riwayat Imam Ahmad. Berkata al-Hafidz Ibn Hajar, para perawi hadits ini tsiqah).
Dalam hadits lain yang dikeluarkan oleh Ibn Abi Syaibah, Ibn Jarir, Muhammad bin Nashr dan Ibnu Mardawaih, Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم bersabda:
اطلبوا ليلة القدر في العشر الأواخر.
Artinya: Carilah kalian akan Lailatul Qadar pada 10 yang akhir (dari Ramadhan). (Dur al-Mantsur)
Maka untuk itulah para ulama, berdasarkan hadits-hadits Nabi صلى الله عليه وآله وسلم dan pengalaman para salaf serta dari pengalaman mereka sendiri telah merumuskan jadwal dalam menentukan malam yang penuh barokah ini, agar mudah untuk memberi tumpuan kepadanya.
walaupun begitu jadwal ini adalah sekedar panduan. Bagi mereka yang bersungguh-sungguh beribadat pada 10 malam yang terakhir, dengan penuh keimanan dan keikhlasan maka mereka akan mendapat ganjaran besar pada malam tersebut. Dan bagi mereka yang terpilih untuk mengetahui malam tersebut dengan disingkapkan tanda-tandanya, maka itu adalah kurniaan yang sangat besar kepadanya.
Imam as-Sayuthi menyebut sebuah hadits di dalam tafsirnya berjudul Dur al-Mantsur:
وأخرج أحمد وابن جرير ومحمد بن نصر والبيهقي وابن مردويه عن عبادة بن الصامت أنه سأل رسول الله صلى الله عليه وسلم عن ليلة القدر فقال: في رمضان في العشر الأواخر فإنها في ليلة وتر في إحدى وعشرين، أو ثلاث وعشرين، أو خمس وعشرين، أو سبع وعشرين، أو تسع وعشرين، أو آخر ليلة من رمضان من قامها إيماناً واحتساباً غفر له ما تقدم من ذنبه، ومن أماراتها أنها ليلة بلجة صافية ساكنة ساجية لا حارة ولا باردة، كأن فيها قمراً ساطعاً، ولا يحل لنجم أن يرمى به تلك الليلة حتى الصباح، ومن أماراتها أن الشمس تطلع صبيحتها لا شعاع لها، مستوية، كأنها القمر ليلة البدر، وحرم الله على الشيطان أن يخرج معها يومئذ.
Artinya: Dan telah mengeluarkan Ahmad, Ibnu Jarir, Muhammad bin Nashr, al-Baihaqi dan Ibnu Mardawaih dari Sayyidina Ubadah bin ash-Shomit رضي الله عنه bahwasanya beliau telah bertanya kepada Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم mengenai Lailatul Qadar. Maka Baginda صلى الله عليه وآله وسلم menjawab: Ianya di dalam bulan Ramadhan, pada 10 yang terakhir, dan bahwasanya ia terjadi pada malam yang ganjil samada malam 21, 23, 35, 27 dan 29 atau pada malam terakhir Ramadhan. Barangsiapa yang mendirikan malam ‘Lailatu Qadar’ (untuk beribadah) dengan penuh keimanan dan keikhlasan, diampunkan baginya dosa-dosanya yang telah lalu. Di antara tanda-tandanya adalah malam itu keadaannya terang, bersih, tenang, sunyi, tidak panas, tidak dingin, seolah-olah disitu ada bulan bercahaya, tidak ada bintang (seperti panah api) yang dilemparkan pada malam itu sehingga pagi. Dari tanda-tandanya juga bahwa pada pagi hari itu, matahari terbit tanpa pancaran sinar, bagaikan bulan purnama. Pada hari itu Allah mengharamkan syaithan keluar bersamanya.
Syeikh ‘Abdullah Basmeih, menyebut di dalam kitab Mastika Hadith Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم: Selain itu para ‘alim ulama juga ada menyebut beberapa tanda atau ‘alamat berhubung dengan malam ‘Lailatul Qadar’ iaitu:
• Ada yang berkata: Orang yang menemui malam ‘Lailatul Qadar’, ia melihat nur yang terang benderang di segala tempat, hatta segala ceruk yang gelap gelita
• Ada pula yang berkata: Ia mendengar ucapan salam dan kata-kata yang lain dari malaikat
• Ada juga yang berkata: Ia melihat segala benda (termasuk pohon-pohon kayu) roboh (dalam keadaan) sujud
• Ada pula yang berkata: Doa permohonannya makbul.
Imam al-Tabari رحمه الله memilih ‘qaul’ yang menegaskan: Bahwa semuanya itu tidak lazim (tidak semestinya ia dapat melihatnya), Karena tidak disyaratkan “melihat atau mendengarnya” untuk menemui malam 'Lailatul Qadar'. (al-Fath al-Rabbani 10:296)
Yakni yang penting ialah ta’at mengerjakan ‘amal bakti Karena Allah semata-mata, Karena balasannya tetap terjamin dan akan dinikmati di dunia dan akhirat.
وماتوفيقي إلابالله عليه توكلت وإليه انيب
Sekian dari
al-fagir ilaLlah al-ghani
Allama Aluddin Shiddiq Bin Surur Asy-syafi'ie Al qodiry Wan Naqsabandy
19 Rmadhan 1432H/19 Ogos 2011M
Kaliwungu, Jombang, jawa Timur ,Indonesia.
Lailatul Qadar: Mungkin Tahun Ini Peluang Terakhir Kita!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan menuliskan komentar dulur pada opsi Google/Blogger untuk dulur yang memiliki akun Google/Blogger.
Silahkan pilih account yang sesuai dengan blog/website dulur (LiveJournal, WordPress, TypePad, AIM).
Pada opsi OpenID silahkan masukkan URL blog/website dulur pada kotak yang tersedia.
Atau dulur bisa memilih opsi Nama/URL, lalu tulis nama dulur dan URL blog/website dulur pada kotak yang tersedia.
Jika dulur tidak punya blog/website, kolom URL boleh dikosongkan.
Gunakan opsi 'Anonim' jika dulur tidak ingin mempublikasikan data dulur. (sangat tidak disarankan). Jika komentar dulur berupa pertanyaan, maka jika dulur menggunakan opsi ini tidak akan ditanggapi. Afwan , salam Ukhuwah.
Sunni Muda
----------------------------------