SEBUTLAH DALAM HATIMU.....!!!

عليكم بـــــــــــــ

AHLUS SUNNAH WAL JAMA'ah

SMS GRATIS

CINTA...!!

MENGENALMU ADALAH SUATU ANUGERAH..
MENYAKITIMU ADALAH SUATU LARANGAN..

MENDAMPINGI HIDUPMU ADALAH SUATU KEBAHAGIAAN..

MENINGGALKANMU ADALAH SUATU KEBODOHAN..

SEBUAH PESAN

Seorang Guru Pernah Berkata :

indahnya kehidupan bila kita dapat membagi dengan adil antara kesibukan dan menghamba kepada alloh ,dan pasti kita kan mendapati bahwa semua waktu kita di dunia ini adalah hanya milik alloh SWT

Ingin Mencari Sesuatu, clik kata kunci disini

Popular Posts Today

JAGALAH PANDANGANMU WAHAI SAHABATKU...



Satu hal yang hendaknya dicamkan benar-benar oleh setiap hamba Allah adalah bahwa Allah Azza wa Jalla itu ghafururrahiim. Dia adalah satu-satunya Zat yang mempunyai samudera ampunan dan kasih sayang yang Mahaluas. Tak ada dosa sebesar apapun yang tidak tenggelam dalam samudera ampunan dan rahmat kasih sayang-Nya, sejauh tidak menyekutukan-Nya.


Pantaslah Syaikh Ibnu Athoillah di dalam kitabnya yang terkenal, Al Hikam, menasehatkan, "Jika terlanjur berbuat dosa maka janganlah hal itu sampai menyebabkan patah hatimu untuk mendapatkan istiqamah kepada Tuhanmu. Sebab, kemungkinan yang demikian itu sebagai dosa terakhir yang telah ditaqdirkan bagimu."
Hati yang sakit, atau bahkan mati, disebabkan oleh noktah-noktah dosa yang bertambah dari waktu ke waktu karena amal perbuatan yang kurang terpelihara, sehingga menjadikannya hitam legam dan berkarat. Akan tetapi, bagaimana pun kondisi hati kita saat ini, tak tertutup peluang untuk sembuh, sehingga menjadi hati yang sehat sekiranya kita berjuang sekuat-kuatnya untuk mengobatinya. Ada empat virus perusak hati yang harus kita waspadai agar hati yang sakit atau mati dapat disembuhkan. Sementara hati yang sudah sehat pun dapat terawat dan terpelihara kebeningannya. Mudah-mudahan dengan mewaspadai keempat hal tersebut Allah Azza wa Jalla menolong kita.
Salah satunya yang membuat hati ini semakin membusuk, kotor dan keras membatu adalah tidak pandainya kita menahan pandangan. Barang siapa yang ketika di dunia ini tidak mahir menahan pandangan, gemar melihat hal-hal yang diharamkan Allah, maka jangan terlalu berharap dapat memiliki hati yang bersih. Umar bin Khattab pernah berkata, "Lebih baik aku berjalan di belakang singa daripada berjalan di belakang wanita." Orang-orang yang sengaja mengobral pandangannya terhadap hal-hal yang tidak hak bagi dirinya, tidak usah heran kalau hatinya lambat laun akan semakin keras membatu dan nikmat iman pun akan semakin hilang manisnya.
Sebenarnya bukan hanya mengumbar pandangan terhadap lawan jenisnya, melainkan juga orang yang matanya selalu melihat dunia ini. Melihat sesuatu yang tidak ia miliki : rumah orang lain yang lebih mewah, mobil orang lain yang lebih bagus, atau uang orang lain yang lebih banyak. Hatinya lebih bergejolak memikirkan hal-hal yang tidak dimilikinya daripada menikmati apa-apa yang dimilikinya..
Karenanya kunci bagi orang yang memiliki hati yang bening adalah tundukkan pandangan! Mendapati lawan jenis yang bukan muhrim, cepat-cepatlah tundukkan pandangan. Kalau melihat dunia jangan sekali-kali melihat ke atas. Akan capek kita jadinya, karena rizki yang telah menjadi hak kita tidak akan kita dapatkan. Lebih baik lihatlah ke bawah. Tengoklah orang yang lebih fakir dan lebih menderita daripada kita. Lihatlah orang yang jauh lebih sederhana hidupnya. Semakin sering melihat ke bawah, subhanallah, hati ini akan semakin dipenuhi oleh rasa syukur dibanding dengan orang yang suka menengadah ke atas.
Kalaupun kita akan melihat ke atas, tancapkan pandangan kita ke yang Mahaatas sekaligus, yakni kepada Zat Penguasa alam semesta. Allahu Akbar! Lihatlah Kemahakuasaan-Nya, Allah Mahakaya dan tidak pernah berkurang kekayaan-Nya walaupun selalu kita minta sampai akhir hayat. Orang yang hanya melihat ke atas dalam urusan dunia, hatinya akan cepat kotor dan hancur. Sebaliknya, kalau tunduk dalam melihat dunia dan tengadah dalam melihat keagungan serta kebesaran Allah, maka tidak bisa tidak kita akan menjadi orang yang memiliki hati bersih yang selamat.
Buya Hamka (alm) pernah berkata, "Mengapa manusia bersikap bodoh? Tidakkah engkau tatap langit yang biru dengan awan yang berarak seputih kapas? Atau engkau turuni ke lembah sehingga akan kau dapatkan air yang bening. Atau engkau bangun di malam hari, kau saksikan bintang gemintang bertaburan di langit biru dan rembulan yang tidak pernah bosan orang menatapnya. Atau engkau dengarkan suara jangkrik dan katak saling bersahutan. Sekiranya seseorang amat gemar memandang keindahan, amat senang mendengar keindahan, niscaya hatinya akan terbebas dari perbuatan keji. Karena sesungguhnya keji itu buruk, sedangkan yang buruk itu tidak akan pernah bersatu dengan keindahan."
Berbahagialah orang yang senang melihat kebaikan orang lain. Tatkala mendapatkan seseorang tidak baik kelakuannya, ia segera mahfum bahwa manusia itu bukanlah malaikat. Di balik segala kekurangan yang dimilikinya pasti ada kebaikannya. Perhatikanlah kebaikannya itu sehingga akan tumbuh rasa kasih sayang di hati. Mendengar seseorang selalu berbicara buruk dan menyakitkan, segera mahfum. Siapa tahu sekarang ia berbicara buruk, namun besok lusa berubah menjadi berbicara baik. Karenanya, dengan mendengarkan kata-kata yang baik-baiknya saja, niscaya akan tumbuh rasa kasih sayang di hati.
Jalaluddin Rumi pernah berkata, "Orang yang begitu senang dan nikmat melihat dan menyebut-nyebut kebaikan orang lain bagaikan hidup di sebuah taman yang indah. Ke sini anggrek, ke sana melati. Pokoknya kemana saja mata memandang yang nampak adalah bebungaan yang indah dan harum mewangi. Dimana-mana yang terlihat hanya keindahan. Sebaliknya, orang yang gemar melihat aib dan kejelekkan orang lain, pikirannya hanya diselimuti dengan aneka keburukan sementara hatinya hanya dikepung dengan prasangka-prasangka buruk. Karenanya, kemana pun matanya melihat, yang tampak adalah ular, kalajengking, duri, dan sebagainya. Dimana saja ia berada senantiasa tidak akan pernah dapat menikmati indahnya hidup ini."
Sungguh berbahagialah orang yang pandai memelihara pandangannya karena ia akan senantiasa merasakan nikmatnya kebeningan hati. Allah Azza wa Jalla adalah Zat Maha Pembolak-balik hati hamba-Nya. Sama sekali tidak sulit baginya untuk menolong siapapun yang merindukan hati yang bersih dan bening sekiranya ia berikhtiar sungguh-sungguh. Allahu’alaM.***
Rabu, Januari 01, 2020 | 2 komentar | Read More

Biografi Singkat DR.KH. MA. Sahal Mahfudh (Ketua Umum MUI & Rois Amm PBNU)


Nama lengkap KH. MA. Sahal Mahfudz (selanjutnya disebut dengan Kyai Sahal) adalah Muhammad Ahmad Sahal bin Mahfudz bin Abd. Salam Al-Hajaini lahir di Desa Kajen, Margoyoso Pati pada tanggal 17 Desember 1937.

Beliau adalah anak ketiga dari enam bersaudara yang merupakan ulama kontemporer Indonesia yang disegani karena kehati-hatiannya dalam bersikap dan kedalaman ilmunya dalam memberikan fatwa terhadap masyarakat baik dalam ruang lingkup lokal (masyarakat dan pesantren yang dipimpinnya) dan ruang lingkup nasional.

Sebelum orang mengenal Kyai Sahal, orang akan mengenalnya sebagai sosok yang biasa-biasa saja. Dengan penampilan yang sederhana orang mengira, beliau sebagai orang biasa yang tidak punya pengetahuan apapun. Namun ternyata pengetahuan dan kepakaran Kyai Sahal sudah diakui. Salah satu contoh, sosok yang menjadi pengasuh pesantren2 ini pernah bergabung dengan institusi yang bergerak dalam bidang pendidikan, yaitu menjadi anggota BPPN3 selama 2 periode yaitu dari tahun 1993-2003.

Kyai Sahal lahir dari pasangan Kyai Mahfudz bin Abd. Salam al- Hafidz (w 1944 M) dan Hj. Badi’ah (w. 1945 M) yang sedari lahir hidup di pesantren, dibesarkan dalam lingkungan pesantren, belajar hingga ladang pengabdiannya pun ada di pesantren. Saudara Kyai Sahal yang berjumlah lima orang yaitu, M. Hasyim, Hj. Muzayyanah (istri KH. Mansyur Pengasuh PP An-Nur Lasem), Salamah (istri KH. Mawardi, pengasuh PP Bugel-Jepara, kakak istri KH. Abdullah Salam ), Hj. Fadhilah (istri KH. Rodhi Sholeh Jakarta), Hj. Khodijah (istri KH. Maddah, pengasuh PP Assuniyah Jember yang juga cucu KH. Nawawi, adik kandung KH. Abdussalam, kakek KH. Sahal.).

Pada tahun 1968/69 Kyai Sahal menikah dengan Dra Hj Nafisah binti KH. Abdul Fatah Hasyim, Pengasuh Pesantren Fathimiyah Tambak Beras Jombang dan berputra Abdul Ghofar Rozin yang sejak sekarang sudah dipersiapkan untuk menggantikan kepemimpinan Kyai Sahal.


A. Latar Belakang Kehidupan

KH. Sahal Mahfudz dididik oleh ayahnya yaitu KH. Mahfudz dan memiliki jalur nasab dengan Syekh Ahmad Mutamakkin, namun KH. Sahal Mahfudz sangat dipengaruhi oleh kekyainan pamannya sendiri, K.H. Abdullah Salam. Syekh Ahmad Mutamakkin sendiri termasuk salah seorang pejuang Islam yang gigih, seorang ahli hukum Islam (faqih) yang disegani, seorang guru besar agama dan lebih dari itu oleh pengikutnya dianggap sebagai salah seorang waliyullah.

Sedari kecil Kyai Sahal dididik dan dibesarkan dalam semangat memelihara derajat penguasaan ilmu-ilmu keagamaan tradisional. Apalagi Kiai Mahfudh Salam (yang juga bapaknya sendiri) seorang kiai ampuh, dan adik sepupu almarhum Rais Aam NU, Kiai Bisri Syamsuri. Selain itu juga terkenal sebagai hafidzul qur’an yang wira’i dan zuhud dengan pengetahuan agama yang mendalam terutama ilmu ushul.

Pesantren adalah tempat mencari ilmu sekaligus tempat pengabdian Kyai Sahal. Dedikasinya kepada pesantren, pengembangan masyarakat, dan pengembangan ilmu fiqh tidak pernah diragukan Pada dirinya terdapat tradisi ketundukan mutlak pada ketentuan hukum dalam kitab-kitab fiqih dan keserasian total dengan akhlak ideal yang dituntut dari ulama tradisional. Atau dalam istilah pesantren, ada semangat tafaqquh (memperdalam pengetahuan hukum agama) dan semangat tawarru’ (bermoral luhur).

Ada dua faktor yang mempengaruhi pemikiran Kyai Sahal yaitu, pertama adalah lingkungan keluarganya. Bapak beliau yaitu Kyai Mahfudz adalah orang yang sangat peduli pada masyarakat. Setelah Kyai Mahfudz meninggal, Kyai Sahal kemudian diasuh oleh KH. Abdullah Salam, orang yang sangat concern pada kepentingan masyarakat juga. Beliau adalah orang yang mendalami tasawuf juga orang yang berjiwa sosial tinggi. Dalam melakukan sesuatu ada nilai transendental yang diajarkan tidak hanya dilihat dari segi materi. Kyai Mahfudz orang yang cerdas, tegas dan peka terhadap persoalan sosial dan KH. Abdullah Salam juga orang yang tegas, cerdas, wira’I, muru’ah, dan murah hati. Di bawah asuhan dua orang yang luar biasa dan mempunyai karakter kuat inilah Kyai Sahal dibesarkan.

Yang kedua dari segi intelektual, Kyai Sahal sangat dipengaruhi oleh pemikiran Imam Ghazali. Dalam berbagai teori Kyai Sahal banyak mengutip pemikiran Imam Ghazali.13 Selama belajar di pesantren inilah Kyai Sahal berinteraksi dengan berbagai orang dari segala lapisan masyarakat baik kalangan jelata maupun kalangan elit masyarakat yang pada akhirnya mempengaruhi pemikiran beliau. Selepas dari pesantren beliau aktif di berbagai organisasi kemasyarakatan. Perpaduan antara pengalaman di dunia pesantren dan organisasi inilah yang diimplementasikan oleh Kyai Sahal dalam berbagai pemikiran beliau.

Minat baca Kyai Sahal sangat tinggi dan bacaannya cukup banyak terbukti beliau punya koleksi 1.800-an buku di rumahnya. Meskipun Kyai Sahal orang pesantren bacaannya cukup beragam, diantaranya tentang psikologi, bahkan novel detektif walaupun bacaan yang menjadi favoritnya adalah buku tentang agama. Beliau membaca dalam artian konteks kejadian. Tidak heran kalau Kiai Sahal—meminjam istilah Gus Dur—lalu ‘menjadi jago’ sejak usia muda. Belum lagi genap berusia 40 tahun, dirinya telah menunjukkan kemampuan ampuh itu dalam forum-forum fiqih. Terbukti pada berbagai sidang Bahtsu Al-Masail tiga bulanan yang diadakan Syuriah NU Jawa Tengah, beliau sudah aktif di dalamnya.

Kyai Sahal adalah pemimpin Pesantren Maslakul Huda Putra sejak tahun 1963. Pesantren di Kajen, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah, ini didirikan oleh ayahnya, KH Mahfudz Salam, tahun 1910. Sebagai pemimpin pesantren, Kyai Sahal dikenal sebagai pendobrak pemikiran tradisional di kalangan NU yang mayoritas berasal dari kalangan akar rumput. Sikap demokratisnya menonjol dan dia mendorong kemandirian dengan memajukan kehidupan masyarakat di sekitar pesantrennya melalui pengembangan pendidikan, ekonomi dan kesehatan.


B. Pendidikan dan Guru-guru KH Sahal

Untuk urusan pendidikan, yang paling berperan dalam kehidupan Kyai Sahal adalah KH. Abdullah Salam yang mendidiknya akan pentingnya ilmu dan tingginya cita-cita. KH. Abdullah Salam tidak pernah mendikte seseorang. Kyai Sahal diberi kebebasan dalam menuntut ilmu dimanapun. Tujuannya agar Kyai Sahal bertanggung jawab pada pilihannya. Apalagi dalam menuntut ilmu Kyai Sahal menentukan adanya target, hal inilah yang menjadi kunci kesuksesan beliau dalam belajar. Ketika belajar di Mathali’ul Falah Kyai Sahal berkesempatan mendalami nahwu sharaf, di Pesantren Bendo memperdalam fiqh dan tasawuf, sedangkan sewaktu di Pesantren Sarang mendalami balaghah dan ushul fiqh.

Memulai pendidikannya di Madrasah Ibtidaiyah (1943-1949), Madrasah Tsanawiyah (1950-1953) Perguruan Islam Mathaliul Falah, Kajen, Pati. Setelah beberapa tahun belajar di lingkungannya sendiri, Kyai Sahal muda nyantri ke Pesantren Bendo, Pare, Kediri, Jawa Timur di bawah asuhan Kiai Muhajir, Selanjutnya tahun 1957-1960 dia belajar di pesantren Sarang, Rembang, di bawah bimbingan Kiai Zubair. Pada pertengahan tahun 1960-an, Kyai Sahal belajar ke Mekah di bawah bimbingan langsung Syaikh Yasin al-Fadani. Sementara itu, pendidikan umumnya hanya diperoleh dari kursus ilmu umum di Kajen (1951-1953).

Di Bendo Kyai Sahal mendalami keilmuan tasawuf dan fiqih termasuk kitab yang dikajinya adalah Ihya Ulumuddin, Mahalli, Fathul Wahab, Fathul Mu’in, Bajuri, Taqrib, Sulamut Taufiq, Sullam Safinah, Sullamul Munajat dan kitab-kitab kecil lainnya. Di samping itu juga aktif mengadakan halaqah- halaqah kecil-kecilan dengan teman-teman senior. Sedangkan di Pesantren Sarang Kyai Sahal mengaji pada Kyai Zubair19 tentang ushul fiqih, qawa’id fiqh dan balaghah. Dan kepada Kyai Ahmad beliau mengaji tentang Hikam. Kitab yang dipelajari waktu di Sarang antara lain, Jam’ul Jawami dan Uqudul Juman, Tafsir Baidlowi tidak sampai khatam, Lubbabun Nuqul sampai khatam, Manhaju Dzawin Nazhar karangan Syekh Mahfudz At-Tarmasi dan lain-lain.


C. Tugas dan Jabatan

Kyai Sahal bukan saja seorang ulama yang senantiasa ditunggu fatwanya, atau seorang kiai yang dikelilingi ribuan santri, melainkan juga seorang pemikir yang menulis ratusan risalah (makalah) berbahasa Arab dan Indonesia, dan juga aktivis LSM yang mempunyai kepedulian tinggi terhadap problem masyarakat kecil di sekelilingnya. Penghargaan yang diterima beliau terkait dengan masyarakat kecil adalah penganugerahan gelar Doktor Kehormatan (Doctor Honoris Causa) dalam bidang pengembangan ilmu fiqh serta pengembangan pesantren dan masyarakat pada 18 Juni 2003 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Peran dalam organisasipun sangat signifikan, terbukti beliau dua periode menjabat Rais Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (1999-2009) dan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) masa bakti 2000-2010. Pada Musyawarah Nasional (Munas) MUI VII (28/7/2005) Rais Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU), itu terpilih kembali untuk periode kedua menjabat Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) masa bakti 2005-2010.

Pada Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) di Donohudan, Boyolali, Jateng., Minggu (28/11-2/12/2004), beliau pun dipilih untuk periode kedua 2004-2009 menjadi Rais Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU). Pada 26 November 1999, untuk pertama kalinya dia dipercaya menjadi Rais Aam Syuriah PB NU, mengetuai lembaga yang menentukan arah dan kebijaksanaan organisasi kemasyarakatan yang beranggotakan lebih 30-an juta orang itu. KH Sahal yang sebelumnya selama 10 tahun memimpin Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Tengah, juga didaulat menjadi Ketua Umum Dewan Pimpinan MUI pada Juni 2000 sampai tahun 2005.

Selain jabatan-jabatan diatas, jabatan lain yang sekarang masih diemban oleh beliau adalah sebagai Rektor INISNU Jepara, Jawa Tengah (1989-sekarang) dan pengasuh Pengasuh Pondok Pesantren Maslakul Huda, Kajen, Pati (1963 - Sekarang).

Sedangkan pekerjaan yang pernah beliau lakukan, adalah guru di Pesantren Sarang, Rembang (1958-1961), Dosen kuliah takhassus fiqh di Kajen (1966-1970), Dosen di Fakultas Tarbiyah UNCOK, Pati (1974-1976), Dosen di Fak. Syariah IAIN Walisongo Semarang (1982-1985), Rektor Institut Islam Nahdlatul Ulama (INISNU) Jepara (1989-sekarang), Kolumnis tetap di Majalah AULA (1988-1990), Kolumnis tetap di Harian Suara Merdeka, Semarang (1991-sekarang), Rais 'Am Syuriyah PBNU (1999-2004), Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI, 2000-2005), Ketua Dewan Syari'ah Nasional (DSN, 2000-2005), dan sebagai Ketua Dewan Pengawas Syari'ah pada Asuransi Jiwa Bersama Putra (2002-sekarang).

Sosok seperti Kyai Sahal ini kiranya layak menjadi teladan bagi semua orang. Sebagai pengakuan atas ketokohannya, beliau telah banyak mendapatkan penghargaan, diantaranya Tokoh Perdamaian Dunia (1984), Manggala Kencana Kelas I (1985-1986), Bintang Maha Putra Utarna (2000) dan Tokoh Pemersatu Bangsa (2002).

Sepak terjang KH. Sahal tidak hanya lingkup dalam negeri saja. Pengalaman yang telah didapatkan dari luar negeri adalah, dalam rangka studi komparatif pengembangan masyarakat ke Filipina tahun 1983 atas sponsor USAID, studi komparatif pengembangan masyarakat ke Korea Selatan tahun 1983 atas sponsor USAID, mengunjungi pusat Islam di Jepang tahun 1983, studi komparatif pengembangan masyarakat ke Srilanka tahun 1984, studi komparatif pengembangan masyarakat ke Malaysia tahun 1984, delegasi NU berkunjung ke Arab Saudi atas sponsor Dar al-Ifta’ Riyadh tahun 1987, dialog ke Kairo atas sponsor BKKBN Pusat tahun 1992, berkunjung ke Malaysia dan Thailand untuk kepentingan Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional (BPPN) tahun 1997.


D. Karya-karya KH. MA. Sahal Mahfudz

Kyai Sahal adalah seorang pakar fiqih (hukum Islam), yang sejak menjadi santri seolah sudah terprogram untuk menguasai spesifikasi ilmu tertentu yaitu dalam bidang ilmu Ushul Fiqih, Bahasa Arab dan Ilmu Kemasyarakatan. Namun beliau juga mampu memberikan solusi permasalahan umat yang tak hanya terkait dengan tiga bidang tersebut, contohnya dalam bidang kesehatan dan beliau menemukan suatu bagian tersendiri dalam fiqh.

Dalam bidang kesehatan Kyai Sahal mendapat penghargaan dari WHO dengan gagasannya mendirikan taman gizi yang digerakkan para santri untuk menangani anak-anak balita (hampir seperti Posyandu). Selain itu juga mendirikan balai kesehatan yang sekarang berkembang menjadi Rumah Sakit Islam.

Berbicara tentang karya beliau, pada bagian fiqh beliau menulis seperti Al-Tsamarah al-Hajainiyah yang membicarakan masalah fuqaha, al-Barokatu al- Jumu’ah ini berbicara tentang gramatika Arab. Sedangkan karya Kyai Sahal yang berbentuk tulisan lainnya adalah:


Buku (kumpulan makalah yang diterbitkan):

1. Thariqatal-Hushul ila Ghayahal-Ushul, (Surabaya: Diantarna, 2000)

2. Pesantren Mencari Makna, (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999)

3. Al-Bayan al-Mulamma' 'an Alfdz al-Lumd", (Semarang: Thoha Putra, 1999)

4. Telaah Fikih Sosial, Dialog dengan KH. MA. Sahal Mahfudh, (Semarang: Suara Merdeka, 1997)

5. Nuansa Fiqh Sosial (Yogyakarta: LKiS, 1994)

6. Ensiklopedi Ijma' (terjemahan bersama KH. Mustofa Bisri dari kitab Mausu'ah al-Ij ma'). (Jakarta; Pustaka Firdaus, 1987).

7. Al-Tsamarah al-Hajainiyah, I960 (Nurussalam, t.t)

8. Luma' al-Hikmah ila Musalsalat al-Muhimmat, (Diktat Pesantren Maslakul Huda, Pati).

9. Al-Faraid al-Ajibah, 1959 (Diktat Pesantren Maslakul Huda, Pati)


Risalah dan Makalah (tidak diterbitkan):

1. Tipologi Sumber Day a Manusia Jepara dalam Menghadapi AFTA 2003 (Workshop KKNINISNU Jepara, 29 Pebruari 2003).

2. Strategi dan Pengembangan SDM bagi Institusi Non-Pemerintah, (Lokakarya Lakpesdam NU, Bogor, 18 April 2000).

3. Mengubah Pemahaman atas Masyarakat: Meletakkan Paradigma Kebangsaan dalam Perspektif Sosial (Silarurahmi Pemda II Ulama dan Tokoh Masyarakat Purwodadi, 18 Maret 2000).

4. Prospek Sarjana Muslim Abad XXI, (Stadium General STAI al-Falah Assuniyah, Jember, 12 September 1998)

5. Keluarga Maslahah dan Kehidupan Modern, (Seminar Sehari LKKNU, Evaluasi Kemitraan NU-BKKBN, Jakarta, 3 Juni 1998)

6. Pendidikan Agama dan Pengaruhnya terhadap Penghayatan dan Pengamalan Budi Pekerti, (Sarasehan Peningkatan Moral Warga Negara Berdasarkan Pancasila BP7 Propinsi Jawa Tengah, 19 Juni 1997)

7. Metode Pembinaan Aliran Sempalan dalam Islam, (Semarang, 11 Desember 1996)

8. Arah Pengembangan Ekonomi dalam Upaya Pemberdayaan Ekonomi Umat, (Seminar Sehari, Jember, 27 Desember 1995)

9. Pendidikan Pesantren sebagai Suatu Alternatif Pendidikan Nasional, (Seminar Nasional tentang Peranan Lembaga Pendidikan Islam dalam Peningkatan Kualitas SDM Pasca 50 tahun Indonesia Merdeka, Surabaya, 2 Juli 1995)

10. Peningkatan Penyelenggaraan Ibadah Haji yang Berkualitas, (disampaikan dalam Diskusi Panel, Semarang, 27 Juni 1995)

11. Pandangan Islam terhadap Wajib Belajar, (Penataran Sosialisasi Wajib belajar 9 Tahun, Semarang 10 Oktober 1994)

12. Perspektif dan Prospek Madrasah Diniyah, (Surabaya, 16 Mei 1994)

13. Fiqh Sosial sebagai Alternatif Pemahaman Beragama Masyarakat, (disampaikan dalam kuliah umum IKAHA, Jombang, 28 Desember 1994)

14. Reorientasi Pemahaman Fiqh, Menyikapi Pergeseran Perilaku Masyarakat, (disampaikan pada Diskusi Dosen Institut Hasyim Asy'ari, Jombang, 27 Desember 1994)

15. Sebuah Releksi tentang Pesantren, (Pati, 21 Agustus 1993)

16. Posisi Umat Islam Indonesia dalam Era Demokratisasi dari Sudut Kajian Politis, (Forum Silaturahmi PP Jateng, Semarang, 5 September 1992).

17. Kepemimpinan Politik yang Berkeadilan dalam Islam, (Halaqah Fiqh Imaniyah, Yogyakarta, 3-5 Nopember 1992)

18. Peran Ulama dan Pesantren dalam Upaya Peningkatan Derajat Kesehatan Umat, (Sarasehan Opening RSU Sultan Agung, Semarang, 26 Agustus 1992).

19. Pandangan Islam Terhadap AIDS, (Seminar, Surabaya,1 Desember 1992)

20. Kata Pengantar dalam buku Quo Vadis NU karya Kacung Marijan, (Pati, 13 Pebruari 1992)

21. Mempersiapkan Generasi Muda Islam Potensial, (Siaran Mimbar Agama Islam TVRI, Jakarta, 24 Oktober 1991)

22. Moral dan Etika dalam Pembangunan, (Seminar Kodam IV, Semarang, 18-19 September 1991)

23. Islam dan Politik, (Seminar, Kendal, 4 Maret 1989)

24. Filosofi dan Strategi Pengembangan Masyarakat di Lingkungan NU, (disampaikan dalam Temu Wicara LSM, Kudus, 10 September 1989)

25. Disiplin dan Ketahanan Nasional, Sebuah Tinjauan dari Ajaran Islam, (Forum MUIII, Kendal, 8 Oktober 1988)

26. Relevansi Ulumuddiyanah di Pesantren dan Tantangan Masyarakat, (Mudzakarah, P3M, Mranggen, 19-21 September 1988)

27. Prospek Pesantren dalam Pengembangan Science, (Refreshing Course KPM, Tambak Beras, Jombang 19 Januari 1988)

28. Ajaran Aswaja dan Kaitannya dengan Sistem Masyarakat, (LKL GP Anshor dan Fatayat, Jepara 12-17 Februari 1988)

29. AIDS dan Prostisusi dari Dimensi Agama Islam, (Seminar AIDS dan Prostitusi YAASKI, Yogyakarta, 21 Juni 1987)

30. Sumbangan Wawasan tentang Madrasah dan Ma'arif, (Raker LP Ma'arif, Pati, 21 Desember 1986)

31. Program KB dan Ulama, (Pati, 27 Oktober 1986)

32. Hismawati dan Taman Gizi, (Sarasehan gizi antar santriwati,Administrasi Pembukuan Keuangan Menurut Pandangan Islam, (Latihan Administrasi Pembukuan dan Keuangan bagi TPM, Pan, 8 April 1986)

33. Pendekatan Pola Pesantren sebagai Salah Satu Alternatif membudayakan NKKBS, (Rapat Konsultasi Nasional Bidang, KB, Jakarta, 23-27 Januari 1984)

34. Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan di Pesantren, (Lokakarya Pendidikan Kependudukan di Pesantren, (Jakarta, 6-8 Januari 1983)

35. Tanggapan atas Pokok-Pokok Pikiran Pembaharuan Pendidikan Nasional, (27 Nopember 1979)

36. Peningkatan Sosial Amaliah Islam, (Pekan Orientasi Ulama Khotib, Pati, 21-23 Pebruari 1977)

37. Intifah al-Wajadain, (Risalah tidak diterbitkan)

38. Wasmah al-Sibydn ild I'tiqdd ma' da al-Rahman, (Risalah tidak diterbitkan)

39. I'dnah al-Ashhdb, 1961 (Risalah tidak diterbitkan)

40. Faid al-Hija syarah Nail al-Raja dan Nazhdm Safinah al-Naja, 1961 (Risalah tidak diterbitkan)

41. Al-Tarjamah al-Munbalijah 'an Qasiidah al-Munfarijah, (Risalah tidak diterbitkan)

42. Pluralitas Gerakan Islam dan Tantangan Indonesia Masa Depan, Perpsketif Sosial Ekonomi, (Seminar di Yogyakarta, 10 Maret 1991)

43. Peranan Agama dalam Pembinaan Gizi dan Kesehatan Keluarga, Pandangan dari Segi Posisi Tokoh Agama, Muallim, dan Pranata Agama, (Muzakarah Nasional, Bogor, 2 Desember 1991)

44. Perpustakaan dan Peningkatan SDM Menurut Visi Islam, (Seminar LP Ma'arif, Jepara, 14 Juli 1996)

45. Pokok-Pokok Pikiran tentang Militer dan Agama (Halaqah Nasional PB NU dan P3M, Malang, 18 April 2000)

Sumber : Santri Pegon
Jumat, Januari 24, 2014 | 0 komentar | Read More

DOWNLOAD SEMAAN AL QURAN LENGKAP JANTIKO MANTAB




Sebelum mendownload seaman jantiko mantab, alangkah baiknya kita mengetahui sejarah singkat pendirian majlis Semaan Al Qur'an dan dzikrul ghafilin , adapun sejarah singkatnya sebagai berikut :
SEJARAH SINGKAT JANTIKO MANTAB & DZIKRUL GHOFILIN

Jantiko mantab merupakan suatu kegiatan semaan Al Qur'an bil ghoib yang di ikuti oleh ribuan orang. Kegiatan ini dilaksanakan sebulan sekali dan tempatnya berpindah-pindah dari tempat satu ke tempat lain.

Kegiatan Semaan Al Qur'an dan dzikrul ghafilin ini didirikan oleh KH. Chamim Djazuli atau dkenal dengan sebutan Gus Miek pada tahun 1985/1986 dikampung Burengan Kediri. Awal mula kegiatan semaan ini dilaksanakan dari rumah kerumah dan di ikuti sekitar 10-15 orang hingga sampai sekarang pengikutnya mencapai ribuan orang dan kegiatannya dilaksanakan dari kota ke kota.


Pada tahun 1964, Gus Miek sedang sowan kepada guru spriritualnya yaitu Nabi Khidir dan Nabi Ilyas. Lalu Gus Miek diperintahkan mendirikan wirit Aurot Lailiyah. Lailiyah itu dalam bahasa arab artinya dzikir di waktu malam. Pada tahun 1965 Aurot Laliyah didirikan pertama kali di Kelurahaan Kauman Tulungagung. Isi dari Aurot Lailiyah diantaranya terdapat di Al – Qur’an seperti Al- Fatehah, Asmaul Husna, Ayat Kursy, lalu para wali dan para ulama di seluruh dunia dikirimi surat Al - Fatehah. Seperti yang di dhawuhkan Gus Miek “Ulama sesepuh yang dikirimi Fatehah oleh orang-orang yang tertera atau tercantum dalam Dzikrul Ghofilin itu yang akan saya dan kalian ikuti di akherat nanti”. Awal Aurot Lailiyah, pertama kali jamaahnya tidak lebih dari 5 orang dan dipimpin langsung oleh Gus Miek dan berjalan sampai 5 tahun, lalu di teruskan oleh sahabat - sahabatnya, berjalan sampai tahun 1975. Aurot Lailiyah diganti namanya menjadi Dzikrul Ghofilin, dalam bahasa arab yang artinya dzikirnya orang-orang yang lupa (maksudnya kita manusia ini yang senantiasa lupa pada Allah, lalu dengan dzikir ini ditekankan supaya ingat selalu kepada Allah dimanapun kita berada).

Dahulu terjadi banyak pertentangan terhadap Dzikrul Ghofilin oleh para kyai besar, termasuk Kyai dari Lirboyo, Ponorogo, Jember, Jombang, Pasuruan, dll. Akhirnya Gus Miek Hijrah ke Jember menggandeng KH. Ahmad Shiddiq lalu di Pasuruan menggandeng KH. Hamid Abdillah, di Kediri menggandeng KH. Mundzir, di Magelang menggandeng KH. Dalhar. Beliau–beliau adalah wali dan tokoh yang dihormati oleh masyarakat disana. Tujuannya adalah menyebarkan Dzikrul Ghofilin lewat Kyai besar yang menjadi tokoh disitu, meskipun begitu masih banyak yang tidak cocok, mungkin banyak yang iri, su’udzon terhadap Gus Miek.

Pada tahun 1986 semaan Al – Qur’an didirikan menggunakan nama JANTIKO, semaan Al- Qur’an adalah kegiatan membaca dan mendengarkan Al – Qur’an berjama'ah atau bersama - sama, sekalian mendengarkan Al - Qur'an juga bersama - sama melakukan ibadah sholat wajib secara berjamaah juga sholat - sholat sunnah yang lain, dari ba'da Shubuh hingga khatamnya Al - Qur'an, seperti dhawuh Gus Miek ”Dalam sema’an ada seorang pembaca Al - Qur’an, Huffazhul Qur’an dan Sami’in”. Seperti ditegaskan oleh sebuah hadits: Baik pembaca maupun pendengar setia Al - Qur’an pahalanya sama. Malah di dalam ulasan tokoh lain dikatakan: “Pendengar itu pahalanya lebih besar daripada pembacanya. Sebab pendengar lebih main hati, pikiran, dan telinganya. Pendengar dituntut untuk lebih menata hati dan pikirannya dan lebih memfokuskan pendekatan diri kepada Allah SWT”. Beberapa tahun kemudian ditambah kata MANTAB. Jantiko diambil dari bahasa jawa yang artinya anti kolir, maksudnya jamaah anti putus asa, ngresulo, maksiat meskipun segi ekonomi atau fikiran jamaah lemah atau kurang ( “Fuqoro” ). Terbukti meskipun fuqoro namun setelah ikut Dzikrul Ghofilin dan semaan Al – Qur’an banyak yang menjadi rajin ibadah. Dan kata MANTAB diambil dari bahasa arab, MANTABA yang artinya orang - orang yang bertaubat.

Berikut semaan jantiko mantab yang dibacakan oleh para huffadz yang tidak diragukan lagi kelancaran serta fashohahnya , monggo antum bisa download secara  majanan (gratis)!
·       juz 12 gus taqwim
·       juz 13 gus tuki
·       juz 14 saury
·       juz 15 gus shohib
·       juz16 mukarom
·       juz 17 gus mukarom
·       juz 18 gus muqorobin
·       juz 19 gus kobir
·       juz 20 gus prapto
·       juz 21 gus mukarom
·       juz 22 gus kholis
·       juz 23 gus mukarom
·       juz 24 gus muqorrobin
·       juz 25 gus taqwim
·       juz 26 gus kholis
·       juz 27 gus saury
·       juz 28 gus kholis
·       Juz 29 Gus Taqwim
·       Juz 30 Gus Muqorrobin


Refrensi :


Wallohu A’lam Wa Ilaihi Al Musta’an

Minggu, Desember 22, 2013 | 5 komentar | Read More

SURAT UNTUK CALON ISTRIKU


Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh ,,,

Untukmu, calon istriku yang jauh disana ,,,

Tangan ini mulai menulis apa yang telah dibisikkan oleh hati ini ,,,

Aku mulai bertanya-tanya ,,,
Adakah aku sudah seharusnya mulai mencari sebagian dari diriku yang hilang ...
Bukanlah niat ini disertai oleh nafsu ,,,
Tetapi atas keinginan seorang muslim mencari sebagian agamanya ,,,
Sering kali aku mendengar ungkapan “ KAU TERCIPTA UNTUKKU” ,,,
Awalnya aku kurang mengerti apa sebenarnya arti kalimat ini ,,,
Karena diselubungi sifat bodohku ,,,

Rahmat dan hidayah ALLAH azza wajalla yang diberikan kepada diriku ,,,
kini aku mulai mengerti Bahwa pada satu hari nanti ,,,
aku harus mengambil satu tanggung jawab ,,,
Yang memang diciptakan khusus untuk diriku ,,,

Yaitu....dirimoe………

Aku mulai mempersiapkan diri baik segi fisik, spiritual dan maupun intelektual hanya tuk bertemu denganmu ,,,
Aku menginginkan pertemuan kita yang pertama ,aku kelihatan ‘sempurna’ dihadapanmu ,,,
Walau hakikatnya masih banyak kelemahan pada diri ini ,,,

Akupun mencoba tuk mempelajari arti dan hakikat tanggung jawab ,,,
Yang harus aku emban ketika ku dipertemukan denganmu ,,,
Akupun coba membatasi pembicaraanku dengan gadis lain ,,,
Yang hanya dalam lingkaran urusan penting saja ,,,
Karena aku risau, akhirnya aku menceritakan rahasia diriku kepadanya ,,,
Karena seharusnya engkaulah yang harus mengetahuinya ,,,

Mengapa ????
Karena dirimu adalah sebagian dariku ,,,
Dan hal itu adalah hak bagimu untuk mengetahui segala lahir bhatin diriku ini ,,,

Apabila diriku memakai kopiah, aku dipanggil ustadz ,,,
bila diriku memakai jubah, aku digelari kyai ,,,
Lidahku mengajak manusia kearah kebaikan lantas mereka memanggilku da’i ,,,

Demi Allah ,,,

Bukan itu yang aku inginkan ,,,
Karena aku hanya mengharapkan keridhoan ALLAH semata ,,,

Yang aku takuti dari diriku sendiri adalah bila aku didekati oleh wanita karena perawakanku dan perwatakanku ,,,

Baik yang indah berhijab atau yang berpakaian ketat bert-shirt ,,,

Akupun risau imanku akan mulai lemah ,,,

Diriku kwatir tidak dapat menahan dari fitnah ini ,,,

lantas akupun teringat sabda Rasulullah S.A.W pernah bersabda “ Aku tidak meninggalkan setelahku fitnah yang lebih bahaya untuk seorang laki-laki melainkan wanita” ,,,

Aku khawatir amalanku bukan sepenuhnya untuk Rabb ku ,,,
Tetapi untuk makhluknya ,,,

Sungguh !!!!

Aku memerlukan dirimu untuk menghindari fitnah ini ,,,
Aku khawatir kurangnya ikhlas dalam ibadahku menyebabkan diriku dicampakkan ke neraka ,,,

meninggalkan kau seorang diri di syurga ,,,
Aku merasa bersalah kepada diriku karena khawatir cinta yang semestinya menjadi hakmu akan aku curahkan kepada wanita lain ,,,

Aku Sukar untuk mencari dirimu ,,,

Karena dirimu bagaikan permata bernilai di antara ribuan kaca menyilau ,,,
Tetapi aku yakin jika namamu yang ditulis di Luh Mahfuz untuk diriku, niscaya rasa cinta ini akan ALLAH satukan dalam satu "ikatan suci" ,,,

Tugas pertamaku bukan men-sholehah-kan dirimu, Tetapi mensholehkan diriku sendiri ,,,

Karena ,,,

Sukar untuk mencari sholehah dirimu andai solehku tidak sebanding dengan kesholehanmu ,,,

Janji ALLAH pasti kupegang dalam misi mencari dirimu ,,,

“wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik pula”

Jiwa remaja ku ini mulai mencari cinta ,,,
kematanganku kian menjelma dan kehadiran wanita sepertimu sangatlah aku butuhkan ,,,
Setiap kali aku merasakannya, aku teringat pada dirimu ,,,

Disana engkau setia menunggu diriku tetapi disini aku curang kepadamu ,,, 
andai aku bermain dengan "cinta fatamorgana" ...
Sampaikan doamu kepada diriku agar aku dapat menahan gelora kejantananku ini ,,,
Disamping aku mengajukan sendiri doa diperlindunginya diriku ini ,,,

Bukan harta,rupa dan keturunan yang aku pandang dalam mencari sosok mu ,,,
Cukuplah agama sebagai pengikat kasih diantara kita ,,,

Kelak !!!

Disaat dimana ku akan melamarmu, akan kulihat wajahmu sekilas saja, agar tercipta keserasian diantara kita karena itu pesan Nabi kita.

Sungguh aku tak memerlukan alis mata seperti alis mata unta,,,,
wajah bersih seperti putih telur ataupun bibir merah delima ,,,

Namun cukup Cuma akidah sekuat akar, ibadah sebagai makanan dan akhlak seindah purnama ,,,

Akupun teringat pesan nabi kita :

" Dinikahinya wanita karena empat perkara : Harta, keturunan, rupa dan AGAMAnya. Pilihlah agamanya ,maka kau akan beruntung "

Kelak !!!

Jika aku dipertemukan dengan dirimu ,,,
Kan ku jaga perasaan cinta ini ,,,
Agar tidak tercurah sebelum masanya

Akan ku jadikan syara’ sebagai pendinding diri kita ,,,
Akan ku jadikan akad nikah itu sebagai label Halal untuk mendapatkanmu ,,,
Biarlah kita mengikuti nenek moyang kita ,,,
Nabi ADAM a.s dan siti hawa yang menikah sebelum disatukan agar kita dapat menikmati perkawinan yang menjanjikan ketenangan jiwa.ketentraman hati dan kedamaian batin ,,,

Doakan diriku ini agar tidak berputus asa dan sesat dalam misi mencari dirimu ,,,
Karena aku memerlukan dirimu untuk melengkapkan sebagian agamaku ,,,

Dari Calon Imam-mu ...

Afqorul waro Allama Alauddin As-shiddiqy Al qodiry Wannaqsyabandy As-syafi'i ,,
Minggu, November 24, 2013 | 2 komentar | Read More

4 CARA MIMPI BERTEMU RASULULLAH MENURUT HABIB ALI AL JIFRI


4 cara bermimpi dengan Baginda Shallallohu Alaihi Wasallam

أربع نصائح لمن يريد أن يرى النبي صلى الله عليه وسلم

 wawancara dengan guru kami Alhabib Ali Zainul Abidin Aljifri

ringkasan cuplikan wawancara
_____________________________

habib ali zainul abidin al jifry :
disini ada 4 cara yang mujarab. aku selalu sebutkan 4 perkara ini apabila ditanya dan guru guru kami juga menyebutkan 4 perkara ini :

ada 4 cara barangsiapa yang mengamalkannya, dia akan dimuliakan untuk melihat baginda shallallohu alaihi wasallam

1. kasrotu al sholah alaihi   

(memperbanyak sholawat atasNya shallallohu alaihi wasallam) , imam alhafidz al showi berkata dalam kitabnya "qoulul badi' fi al sholah ala al habib al syafi'", paling SEDIKITuntuk kadar "memperbanyak sholawat" itu adalah 300 kali siang malam, ketika dalam angkutan, kereta atau dimanapun .sibukkan diri dengan bersholawat atas nabi ,inilah makna "memperbanyak membaca sholawat" , sholawatnya yaitu "allahumma sholli ala sayyidina muhammad nabiyyi al ummiyi wa ala alihi washohbihi tasliman" ucapan dengan penuh kecintaan (kerinduan).

2. ta'dhim lisunnatih

(mengagungkan sunnah sunnahnya), maksudnya bukan saja kita melakukan kesunnahan namun juga lakukan dengan penuh "PENGAGUNGAN" atas sunnahnya. bila disebutkan bahwa baginda shallallohu alaihi wasallam makan dengan tangan kanan maka lakukan sunnah itu , jangan lakukan atas dasar kebiasaan saja. coba rasakan ketika kamu minum dan makan "aku minum dan makan seperti baginda shallallohu alaihi wasallam", begitu juga keluar rumah dengan kaki kiri masuk dengan kaki kanan,membaca "basmalah" dan "salam" kepada penghuni rumah serta doa ketika memasuki rumah.
jangan kamu lakukan hal ini atas dasar "kebiasaan" saja namun atas dasar "PENGAGUNGAN" atas sunahnya  shallallohu alaihi wasallam. maka mengagungkan sunnah bukan saja pada pakaian , keadaan atau mendahulukan kanan dari yg kiri namun sunnah itu juga pada tingkah laku.

maka "pengagungan atas sunnahnya" ini juga pada ranah perilaku sebagai contoh Baginda shallallohu alaihi wasallam tidak terlalu suka dengan tertawa berbahak bahak yang berkepanjangan tapi Baginda shallallohu alaihi wasallam lebih suka membanyak senyum, Beliau Adalah Orang Yang Paling Banyak Senyumanya , Baginda shallallohu alaihi wasallam  tidak bermuka masam dan berkerut wajah. Baginda shallallohu alaihi wasallam  tidak pernah menyembunyikan senyumannya kepada siapapun , dan inilah keistimewaan Baginda shallallohu alaihi wasallam .
(Hidup Bersama Baginda shallallohu alaihi wasallam Dengan Mengagungkan Sunnah )

3. al chidmatu li ummatih

(berkhidmah/melayani pada umatnya shallallohu alaihi wasallam ),
 hendaknya kamu hidup dengan selalu berfikir untuk berkhidmat kepada orang lain , jangan-lah hidup dengan keangkuhan dan egoisme.
ketika ada seseorang datang membutuhkan-mu maka lihatlah bagaimana sikap Baginda shallallohu alaihi wasallam ketika ada seseorang yang membutuhkanya shallallohu alaihi wasallam ?
berpikirlah bagaimana jika kamu juga membutuhkan pertolongan orang lain. jangan-lah kamu mengira bahwa ketika kamu menolong seseorang maka kamu akan "ditikam" dari belakang ?
maksud "khidmah (melayani ) umat"nya ini tidak hanya kepada kaum muslimin, Beliau shallallohu alaihi wasallam  adalah nabinya seluruh alam (seluruh umat manusia/jin) seperti firman Allah : "Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk  rahmat bagi semesta alam."  (Al anbiya' 21: 107 )
maka seluruh umat dimuka bumi ini adalah umatnya shallallohu alaihi wasallam (Dalam arti Umat Dakwah), maka dari itu kita perlu berbuat baik kepada seluruh umat manusia.

4. al hamlu li al dakwatih wa ta'alluq bihadroteh

(Menyebarkan Dakwahnya Serta Hati Senantiasa Terus menerus Mencintai Rasulullah shallallohu alaihi wasallam )

ketika kita mencintai seseorang maka kita akan merasa bahwa ada sesuatu yang istimewa darinya,baik dalam keadaan sedih maupun bahagia. tentu kita tetap mengutamakan orang yang kita cintai tadi. jika tidak demikian maka "apakah tetap dinamakan cinta ?"
(menyebarkan dakwahnya dan hati senantiasa mencintainya shallallohu alaihi wasallam  ),

Adapun perkara yang membantu dalam hal ini (Bermimpi Bertemu Dengan Rasulullah shallallohu alaihi wasallam) adalah memperbanyak "membaca siroh,kepribadian serta keistimewaan" Baginda shallallohu alaihi wasallam :
Disini ada 3 Kitab.

1) Siroh nabi seperti buku siroh ibnu hisyam rodhiallahu anhu dan selainya
2) Syamail Muhammadiyyah tentang sifat dan bentuk Rasulullah shallallohu alaihi wasallam
3) Keistimewaan Rasulullah shallallohu alaihi wasallam tentang keistimewaan yang diberikan Allah Azza Wajalla Kepada Rasulullah shallallohu alaihi wasallam

semoga allah azza Wajalla memenuhi Hati Kita Semua dengan kecintaan kepada Rasulullah shallallohu alaihi wasallam


Sumber : islamicfiles.net

link video :


Link Asli :


Sabtu, November 16, 2013 | 0 komentar | Read More

HANYA IBLIS YANG SENANG DENGAN WAFATNYA ULAMA SHALIH



SUARA-MUSLIM.COM
, Jakarta ~ Umat islam pada umumnya dirundung duka dengan silih bergantinya para ulama Indonesia yang wafat belakangan ini, terakhir ini adalah wafatnya Habib Munzir Al-Musawa.

Namun dengan wafatnya Al-Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa atau lebih dikenal dengan Munzir bin Fuad bin Abdurrahman Al-Musawa lahir di Cipanas, Cianjur, Jawa Barat, 23 Februari 1973 pimpinan Majelis Rasulullah, majelis dzikir terbesar di Indonesia ini ada sebagian dari kelompok sempalan islam yang bersuka cita, tidak lain adalah salafi wahabi dimana selama ini sangat membenci beliau semasa hidupnya.

Dalam Kitab Tanqih Al-Qaul Imam Al-Hafizh Jalaluddin bin Abdurrahman bin Abu Bakar As-Suyuthi menuliskan dalam kitabnya sebuah hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sbb:

وقال عليه الصلاة والسلام: {مَنْ لَمْ يَحْزَنْ لِمَوْتِ العَالِمِ، فَهُوَ مُنَافِقٌ مُنَافِقٌ مُنَافِقٌ} قالها ثلاث مرات

”Barangsiapa yang tidak sedih dengan kematian ulama maka dia adalah munafik”

Menagislah karena meninggalnya seorang ulama adalah sebuah perkara yang besar di sisi Allah. Sebuah perkara yang akan mendatangkan konsekuensi bagi kita yang ditinggalkan jika kita ternyata bukan orang-orang yang senantisa mendengar petuah mereka. Menangislah jika kita ternyata selama ini belum ada rasa cinta di hati kita kepada para ulama.

عن ابن عباس ، في قوله تعالى : أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا نَأْتِي الأَرْضَ نَنْقُصُهَا مِنْ أَطْرَافِهَا سورة الرعد آية 41 قال : موت علمائها . وللبيهقي من حديث معروف بن خربوذ ، عن أبي جعفر ، أنه قال : موت عالم أحب إلى إبليس من موت سبعين عابدا .

Dari Ibnu Abbas ra. tentang firman Allah, “Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami mendatangi daerah-daerah, lalu Kami kurangi daerah-daerah itu (sedikit demi sedikit) dari tepi-tepinya?.” (Al-Ra’d: 41). Beliau mengatakan tentang (مِنْ أَطْرَافِهَا = dari tepi-tepinya) adalah wafatnya para ulama. Dan menurut Imam Baihaqi dari hadits Ma’ruf bin Kharbudz dari Abu Ja’far ra berkata, “Kematian ulama lebih dicintai iblis daripada kematian 70 orang ahli Ibadah.”

Al-Quran secara implisit mengisyaratkan wafatnya ulama sebagai sebuah penyebab kehancuran dunia, yaitu firman Allah yang berbunyi:

أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا نَأْتِي الأرْضَ نَنْقُصُهَا مِنْ أَطْرَافِهَا وَاللَّهُ يَحْكُمُ لا مُعَقِّبَ لِحُكْمِهِ وَهُوَ سَرِيعُ الْحِسَابِ

“Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami mendatangi daerah-daerah, lalu Kami kurangi daerah-daerah itu (sedikit demi sedikit) dari tepi-tepinya?.” (Al-Ra’d: 41).

Menurut beberapa ahli tafsir seperti Ibnu Abbas dan Mujahid, ayat ini berkaitan dengan kehancuran bumi (kharab ad-dunya).Sedangkan kehancuran bumi dalam ayat ini adalah dengan meninggalnya para ulama (Tafsir Ibnu Katsir 4/472)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menegaskan ulama sebagai penerusnya, juga menegaskan wafatnya para ulama sebagai musibah. Rasulullah bersabda:

مَوْتُ الْعَالِمِ مُصِيبَةٌ لا تُجْبَرُ ، وَثُلْمَةٌ لا تُسَدُّ , وَنَجْمٌ طُمِسَ ، مَوْتُ قَبِيلَةٍ أَيْسَرُ مِنْ مَوْتِ عَالِمٍ

Artinya: “Meninggalnya ulama adalah musibah yang tak tergantikan, dan sebuah kebocoran  yang tak bisa ditambal. Wafatnya ulama laksana bintang yang padam. Meninggalnya satu suku lebih mudah bagi saya daripada meninggalnya satu orang ulama” (HR al-Thabrani dalam Mujam al-Kabir dan al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman dari Abu Darda’)

Wafatnya Ulama Adalah Hilangnya Ilmu Umat manusia dapat hidup bersama para ulama adalah sebagian nikmat yang agung selama di dunia. Semasa ulama hidup, kita dapat mencari ilmu kepada mereka, memetik hikmah, mengambil keteladanan dan sebagainya. Sebaliknya, ketika ulama wafat, maka hilanglah semua nikmat itu. Hal inilah yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

خُذُوا الْعِلْمَ قَبْلَ أَنْ يَذْهَبَ ” ، قَالُوا : وَكَيْفَ يَذْهَبُ الْعِلْمُ يَا نَبِيَّ اللَّهِ، قَالَ:إِنَّ ذَهَابَ الْعِلْمِ أَنْ يَذْهَبَ حَمَلَتُهُ

Artinya: “Ambillah (Pelajarilah) ilmu sebelum ilmu pergi! Sahabat bertanya: Wahai Nabiyullah, bagaimana mungkin ilmu bisa pergi (hilang)?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Perginya ilmu adalah dengan perginya (wafatnya) orang-orang yang membawa ilmu (ulama)” (HR Ad-Darimi, At-Thabrani No 7831 dari Abu Umamah).

Wafatnya ulama juga memiliki dampak sangat besar, diantaranya munculnya pemimpin baru yang tidak mengerti tentang agama sehinga dapat menyesatkan umat, sebagaimana dalam hadits sahih.

إن الله لا يقبض العلم انتزاعا ينتزعه من الناس ، ولكن يقبض العلم بقبض العلماء حتى إذا لم يترك عالما اتخذ الناس رءوسا جهالا فسئلوا فأفتوا بغير علم فضلوا وأضلوا

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dari hambanya, tetapi mencabut ilmu dengan mencabut para ulama. Sehingga ketika Allah tidak menyisakan satu ulama, maka manusia mengangkat pemimpin-pemimpin bodoh, mereka ditanya kemudian memberi fatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat dan menyesatkan” (HR al-Bukhari No 100)

Kendatipun telah banyak kyai atau ulama yang telah wafat, dan wafatnya kyai atau ulama adalah sebuah musibah dalam agama, maka harapan kita adalah lahirnya kembali ulama yang meneruskan perjuangannya. Aamiin

Harapan ini sebagaimana yang dikutip oleh Imam al-Ghazali dari Khalifah Ali bin Abi Thalib:

إذا مات العالم ثلم في الإسلام ثلمة لا يسدها الا خلف منه

Artinya: “Jika satu ulama wafat, maka ada sebuah lubang dalam Islam yang tak dapat ditambal kecuali oleh generasi penerusnya” (Ihya Ulumiddin I/15). Wallahu a’lam bis-Shawab


Senin, Oktober 21, 2013 | 0 komentar | Read More