Aurat menurut madzhab imam Syafi'I, adalah kurang lebihnya sebagai berikut :
Aurat
|
Bersama Laki-laki
|
Bersama
Perempuan
|
Dalam
Shalat
|
Ketika
Sendiri
|
Laki-laki
|
Antara pusar dan lutut
|
· Asing
(bukan mahramnya): seluruh tubuhnya
· Mahramnya :
antara pusar dan lutut
· Istrinya :
tidak ada aurat
|
Antara pusar dan lutut
|
Kedua kemaluannya
|
Perempuan
|
· Asing
(bukan mahramnya): seluruh tubuhnya
· Mahramnya:
antara pusar dan lutut
· Suaminya :
tidak ada aurat
|
· Asing (bukan
mahramnya)muslim : antara pusar dan lutut
· Asing
(bukan mahramnya) kafir : seluruh tubuhnya kecuali
yang tampak ketika mengerjakan sesuatu
· Mahramnya
:antara pusar dan lutut
|
Seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan
|
Antara pusar dan lutut
|
1. Imam Syafi’i menyatakan dalam al-Um dalam bab
bagaimana memakai pakaian dalam shalat :
وكل المرأة عورة إلا كفيها ووجهها
Dengan demikian, pernyataan Syafi’i
di atas merupakan penjelasan aurat wanita dalam shalat. Pada halaman
sebelumnya, Imam Syafi’i lebih tegas menyebutkannya sebagai aurat wanita dalam
shalat :
على المرأة أن تغطى في الصلاة كل ماعدا كفيها ووجهها
Artinya : Wajib atas wanita menutup
selain dua telapak tangan dan wajahnya dalam shalat.[2]
2.
Abu Ishaq al-Syairazi mengatakan :
أما الحرة فجميع
بدنها عورة إلا الوجه والكفين لقوله تعالى ولا يبدين زينتهن إلا ما ظهر منها قال
ابن عباس: وجهها وكفيها ولأن النبي صلى الله عليه وسلم نهى المرأة في الحرام عن
لبس القفازين والنقاب ولو كان الوجه والكف عورة لما حرم سترهما ولأن الحاجة تدعو
إلى إبراز الوجه في البيع والشراء وإلى إبراز الكف للأخذ والإعطاء فلم يجعل ذلك
عورة
Artinya: Adapun wanita merdeka, maka
seluruh tubuhnya merupakan aurat, kecuali wajah dan dua telapak tangan. Hal ini
berdasarkan firman Allah Ta’ala: “Dan janganlah mereka menampakkan perhiasan
mereka, kecuali yang biasa nampak dari padanya”. Ibnu ‘Abbas berkata
(mengomentari ayat ini), ‘yang dimaksud adalah wajah dan dua telapak
tangannya’. Dasar lainnya adalah karena Nabi SAW melarang wanita ketika ihram
memakai sarung tangan dan cadar. Seandainya wajah dan telapak tangan merupakan
aurat, Rasulullah tidak akan mengharamkan menutupnya. Alasan lainnya adalah
karena adanya keperluan yang menuntut seorang wanita untuk menampakkan wajah
dalam jual beli, dan menampakkan telapak tangan ketika memberi dan menerima
sesuatu. Maka, tidak dijadikan wajah dan telapak tangan sebagai aurat.[3]
3.
Dalam Tuhfah al-Muhtaj, disebutkan :
(وَ) عَوْرَةُ (الْحُرَّةِ) وَلَوْ غَيْرَ
مُمَيِّزَةٍ وَالْخُنْثَى الْحُرِّ (مَا سِوَى الْوَجْهِ وَالْكَفَّيْنِ)
ظَهْرُهُمَا وَبَطْنُهُمَا إلَى الْكُوعَيْنِ لِقَوْلِهِ تَعَالَى وَلا يُبْدِينَ
زِينَتَهُنَّ إِلا مَا ظَهَرَ مِنْهَا أَيْ إلَّا الْوَجْهَ وَالْكَفَّيْنِ وَلِلْحَاجَةِ
لِكَشْفِهِمَا وَإِنَّمَا حَرُمَ نَظَرُهُمَا كَالزَّائِدِ عَلَى عَوْرَةِ
الْأَمَةِ لِأَنَّ ذَلِكَ مَظِنَّةٌ لِلْفِتْنَةِ
Artinya : Aurat wanita merdeka,
meskipun dia itu belum mumayyiz dan aurat khuntsa merdeka adalah selain wajah
dan dua telapak tangan, zhahirnya dan bathinnya sehingga dua persendiannya,
berdasarkan firman Allah : “Dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka,
kecuali yang biasa nampak dari padanya”, yaitu kecuali wajah dan dua telapak
tangan. Alasan lain adalah karena ada keperluan membukanya. Hanya haram menilik
wajah dan kedua telapak tangan seperti halnya yang lebih dari aurat hamba
sahaya wanita, karena yang demikian itu berpotensi menimbulkan fitnah.[4]
4.
Al-Ziyadi mengatakan :
أَنَّ لَهَا
ثَلَاثَ عَوْرَاتٍ عَوْرَةٌ فِي الصَّلَاةِ وَهُوَ مَا تَقَدَّمَ وَعَوْرَةٌ
بِالنِّسْبَةِ لِنَظَرِ الْأَجَانِبِ إلَيْهَا جَمِيعُ بَدَنِهَا حَتَّى الْوَجْهِ
وَالْكَفَّيْنِ عَلَى الْمُعْتَمَدِ وَعَوْرَةٌ فِي الْخَلْوَةِ وَعِنْدَ
الْمَحَارِمِ كَعَوْرَةِ الرَّجُلِ
Artinya : Wanita
memiliki tiga jenis aurat: (1) aurat dalam shalat -sebagaimana telah dijelaskan
(2) aurat terhadap pandangan lelaki ajnabi, yaitu seluruh tubuh termasuk wajah dan telapak tangan, menurut
pendapat yang mu’tamad, (3) aurat ketika berdua bersama yang mahram, sama
seperti laki-laki.[5]
5. Syaikh Taqiyuddin al-Hushni, penulis Kifaayatul Akhyaar, berkata:
ويُكره أن يصلي في ثوب فيه صورة وتمثيل ، والمرأة متنقّبة إلا أن
تكون في مسجد وهناك أجانب لا يحترزون عن النظر ، فإن خيف من النظر إليها ما يجر
إلى الفساد حرم عليها رفع النقاب
Artinya : Makruh hukumnya shalat dengan memakai pakaian yang
bergambar atau lukisan. Makruh pula wanita memakai niqab (cadar) ketika shalat, kecuali jika di masjid yang kondisinya
sulit terjaga dari pandangan lelaki ajnabi. Jika wanita khawatir dipandang oleh lelaki ajnabi sehingga
menimbulkan kerusakan, haram hukumnya melepaskan niqab.[6]
6.
Dalam I’anah al-Thalibin disebutkan :
قال في فتح
الجواد: ولا ينافيه، أي ما حكاه الإمام من اتفاق المسلمين على المنع، ما نقله
القاضي عياض عن العلماء أنه لا يجب على المرأة ستر وجهها في طريقها، وإنما ذلك
سنة، وعلى الرجال غض البصر لأن منعهن من ذلك ليس لوجوب الستر عليهن، بل لأن فيه
مصلحة عامة بسد باب الفتنة. نعم، الوجه وجوبه عليها إذا علمت نظر أجنبي إليها أخذا
من قولهم يلزمها ستر وجهها عن الذمية، ولأن في بقاء كشفه إعانة على الحرام.اه.
Artinya : Pengarang Fath al-Jawad
mengatakan, “Apa yang diceritakan oleh al-Imam bahwa sepakat kaum muslimin atas
terlarang (terlarang wanita keluar dengan terbuka wajah) tidak berlawanan
dengan yang dikutip oleh Qadhi ‘Iyadh dari ulama bahwa tidak wajib atas wanita
menutup wajahnya pada jalan, yang demikian itu hanya sunnah dan hanyasanya atas
laki-laki wajib memicing pandangannya, karena terlarang wanita yang demikian
itu bukan karena wajib menutup wajah atas mereka, tetapi karena di situ ada
maslahah yang umum dengan menutup pintu fitnah. Namun menurut pendapat yang
kuat wajib menutupnya atas wanita apabila diketahuinya ada pandangan laki-laki
ajnabi kepadanya, karena memahami dari perkataan ulama “wanita wajib menutup
wajahnya dari kafir zimmi” dan juga karena membiarkan terbuka wajah membantu
atas sesuatu yang haram.[7]
Berdasarkan keterangan-keterangan di
atas, dapat dipahami dalam mazhab Syafi’i sebagai berikut :
1. Aurat wanita
merdeka dalam shalat dalam artian wajib ditutupinya adalah seluruh tubuh
kecuali wajah dan telapak tangan
2. Aurat wanita
merdeka di luar shalat dalam artian haram memandangnya oleh laki-laki ajnabi
(bukan mahramnya) adalah seluruh tubuh tanpa kecuali, yaitu termasuk wajah dan
telapak tangan.
3. Aurat wanita
merdeka di luar shalat dalam artian wajib menutupinya sama dengan aurat dalam
shalat, yaitu seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan
4. wajib menutup
wajah dan telapak tangan di dalam dan diluar shalat atas wanita apabila
diketahuinya ada pandangan laki-laki ajnabi kepadanya,
Adapun argumentasi aurat wanita
merdeka dalam shalat dan diluar shalat dalam artian wajib ditutupinya adalah seluruh
tubuh kecuali wajah dan telapak tangan adalah firman Allah berbunyi :
ولا يبدين زينتهن
إلا ما ظهر منها
Artinya : Dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya(Q.S.
al-Nur : 31)
Yang dimaksud dengan “illa maa
zhahara minha” adalah wajah dan telapak tangan, sebagaimana keterangan Ibnu
Abbas yang dikutip oleh Ishaq al-Syairazi di atas.
Sedangkan argumentasi aurat wanita
merdeka di luar shalat dalam artian haram memandangnya oleh laki-laki ajnabi
(bukan mahramnya) adalah seluruh tubuh tanpa kecuali, yaitu termasuk wajah dan
telapak tangan, ini dengan beralasan berpotensi menimbulkan fitnah, makanya
perlu ditutup pintu fitnah itu
Atas laki-laki wajib menahan matanya
dari sengaja memandang sebagian tubuh wanita termasuk wajahnya, berdasarkan
firman Allah berbunyi :
قُلْ
لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ
أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
Artinya : Katakanlah kepada orang
laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara
kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat (Q.S. al-Nur : 30)
[3] Abu Ishaq al-Syairazi, al-Muhazzab, dicetak bersama
Majmu’ Syarh al-Muhazzab, Maktabah al-Irsyad, Jeddah, Juz. III, Hal. 173
[4] Ibnu Hajar al-Haitamy, Tuhfah al-Muhtaj, dicetak pada
hamisy Hawasyi Syarwani, Mathba’ah Mushthafa Muhammad, Mesir, Juz. II, Hal.
111-112
[5] Syarwani, Hawasyi Syarwani
‘ala Tuhfah al-Muhtaj, Mathba’ah Mushthafa Muhammad, Mesir, Juz. II, Hal. 112
tambahan
1. Dalam kitab المهذب
في فقه الإمام الشافعي karya أبو اسحاق إبراهيم بن علي بن يوسف الشيرازي
فأما الحرة فجميع بدنها عورة إلا
الوجه والكفين لقوله تعالى: {ولا يبدين زينتهن إلا ما ظهر منها} [النور: 31] قال
ابن عباس رضي الله عنهما: وجهها وكفيها ولأن النبي صلى الله عليه وسلم نهى المرأة
في الحرام عن لبس القفازين والنقاب ولو كان الوجه والكف عورة لما حرم سترهما في
الإحرام ولأن الحاجة تدعو إلى إبراز الوجه في البيع والشراء وإلى إبراز الكف للأخذ
والإعطاء فلم يجعل ذلك عورة
Artinya: “Adapun
wanita merdeka, maka seluruh tubuhnya merupakan aurat, kecuali wajah dan dua
telapak tangan. Hal ini berdasarkan firman Allah ta’ala: {Dan janganlah mereka
menampakkan perhiasan mereka, kecuali yang biasa nampak dari padanya} [an-Nuur
ayat 31]. Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata (mengomentari ayat ini),
‘yang dimaksud adalah wajah dan dua telapak tangannya’. Dasar lainnya adalah
karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang wanita merdeka ketika ihram
memakai sarung tangan dan cadar. Seandainya wajah dan telapak tangan merupakan
aurat, Rasulullah tak akan melarang untuk menutupnya ketika ihram. Alasan
lainnya adalah karena adanya keperluan yang menuntut seorang wanita untuk
menampakkan wajah, yaitu dalam jual beli, dan menampakkan telapak tangan ketika
memberi dan menerima sesuatu. Maka, wajah dan telapak tangan bukanlah aurat.”
2. Dalam kitab المجموع
شرح المهذب karya أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي
وأما عورة الحرة فجميع بدنها إلا
الوجه والكفين إلى الكوعين وحكى الخراسانيون قولا وبعضهم يحكيه وجها أن باطن
قدميها ليس بعورة وقال المزني القدمان ليسا بعورة والمذهب الأول
Artinya: “Adapun
aurat wanita merdeka adalah seluruh anggota tubuhnya, kecuali wajah dan dua
telapak tangan hingga tulang pergelangan tangan. Ada satu pendapat dari
penduduk Khurasan bahwa bagian bawah dari telapak kaki bukanlah aurat.
Al-Muzani berpendapat bahwa dua telapak kaki bukanlah aurat. Dan pendapat yang
terkuat adalah yang pertama.”
3. Dalam kitab نهاية
المحتاج إلى شرح المنهاج karya شمس الدين محمد بن أبي العباس أحمد بن حمزة شهاب الدين الرملي
و عورة الحرة ما سوى الوجه والكفين
فيها ظهرا وبطنا إلى الكوعين لقوله تعالى {ولا يبدين زينتهن إلا ما ظهر منها}
[النور: 31] قال ابن عباس وعائشة: هو الوجه والكفان ولأنهما لو كانا عورة في
العبادات لما وجب كشفهما في الإحرام
Artinya: “Dan
aurat wanita merdeka adalah selain wajah dan dua telapak tangan, depan dan
belakangnya, hingga tulang pergelangan tangan. Hal ini berdasarkan firman Allah
ta’ala: {Dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka, kecuali yang biasa
nampak dari padanya} [an-Nuur ayat 31]. Ibnu ‘Abbas dan ‘Aisyah (ridhwanullahi
‘alaihim) mengomentari ayat ini, ‘yaitu wajah dan dua telapak tangan’. Alasan
lainnya adalah seandainya wajah dan dua telapak tangan merupakan aurat dalam
ibadah, maka Rasulullah tak akan mewajibkan dibukanya keduanya ketika ihram.”
4. Dalam kitab البيان
في مذهب الإمام الشافعي karya أبو الحسين يحيى بن أبي الخير بن سالم العمراني اليمني الشافعي
وأما المرأة الحرة: فجميع بدنها
عورة، إلا الوجه والكفين … … … دليلنا: قوله تعالى {ولا يبدين زينتهن إلا ما ظهر
منها} [النور: 31]. قال ابن عباس: (وجهها وكفاها) . وروت أم سلمة قالت: قلت: يا
رسول الله، تصلي المرأة في درع وخمار، وليس عليها إزار؟ فقال: نعم إذا كان سابغا،
يغطي ظُهُور قدميها
Artinya: “Adapun
wanita merdeka, seluruh tubuhnya merupakan aurat, kecuali wajah dan dua telapak
tangan. … …. …. Dalil kami adalah firman Allah ta’ala: {Dan janganlah mereka
menampakkan perhiasan mereka, kecuali yang biasa nampak dari padanya} [an-Nuur
ayat 31]. Ibnu ‘Abbas (radhiyallahu ‘anhuma) mengomentari ayat ini, ‘yaitu
wajah dan dua telapak tangannya’. Dan Ummu Salamah (radhiyallahu ‘anha)
berkata, aku bertanya kepada Rasulullah, ‘Wahai Rasulullah, bolehkah seorang
wanita shalat dengan mengenakan pakaian rumah dan kerudung saja, tanpa memakai
jubah? Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wa sallam) bersabda, ‘Ya. Jika ia
seorang yang besar pantatnya, punggung telapak kakinya harus ditutup’.”
5. Dalam kitab الحاوي
الكبير في فقه مذهب الإمام الشافعي
karya أبو الحسن علي بن محمد بن محمد بن حبيب البصري
البغدادي الماوردي
فالمرأة كلها عورة في الصلاة إلا
وجهها وكفيها إلى آخر مفصل الكوع
Artinya: “Adapun
wanita merdeka, seluruh tubuhnya merupakan aurat di dalam shalat, kecuali wajah
dan dua telapak tangannya hingga persendian terakhir pergelangan tangan.”
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan menuliskan komentar dulur pada opsi Google/Blogger untuk dulur yang memiliki akun Google/Blogger.
Silahkan pilih account yang sesuai dengan blog/website dulur (LiveJournal, WordPress, TypePad, AIM).
Pada opsi OpenID silahkan masukkan URL blog/website dulur pada kotak yang tersedia.
Atau dulur bisa memilih opsi Nama/URL, lalu tulis nama dulur dan URL blog/website dulur pada kotak yang tersedia.
Jika dulur tidak punya blog/website, kolom URL boleh dikosongkan.
Gunakan opsi 'Anonim' jika dulur tidak ingin mempublikasikan data dulur. (sangat tidak disarankan). Jika komentar dulur berupa pertanyaan, maka jika dulur menggunakan opsi ini tidak akan ditanggapi. Afwan , salam Ukhuwah.
Sunni Muda
----------------------------------